KUALA PUNTIAN, MERAHPUTIHNEWS.CO.ID – Viral di media sosial video berdurasi 59 detik bernarasi “Innailaihi Wainailaihi Rojiun” saat memimpin Do’a setelah acara akad nikah, Jum’at (7/2).
Video itu menunjukkan momen tragis di sebuah acara pernikahan di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, viral di beberapa grup WhatsApp.
Dalam video tersebut, Sarnubi Rouf (75), seorang tokoh masyarakat yang mengenakan baju batik biru putih, terlihat memimpin doa setelah ijab qobul untuk pasangan pengantin Yanti dan Ardi
Setelah selesai membaca doa, tubuh almarhum Sarnubi yang mengenakan baju biru becorak tiba-tiba tertunduk di meja tempat pelaksanaan akad nikah tepat saat mempelai wanita, Yanti keluar dari kamar belakang Almarhum duduk. Saksi dan keluarga mempelai yang duduk disamping almarhum sempat tertegun. mereka mengira Almarhum sengaja menunduk kemeja. Tetapi begitu disentuh tubuh Almarhum didudukkan tampak mulutnya mulai biru, diduga Almarhum terkena serangan jantung.
Kejadian ini membuat panik pihak keluarga kedua mempelai, karena mantan Petugas Penghubung Urusan Keagamaan Desa (P2UKD) tersebut meninggal usai membaca Do’a untuk kedua mempelai.
Saat dikonfirmasi awak media kepala Desa Kuala Puntian, Rhandy Fiqqih Alamsyah, M.I.Kom membenarkan kejadian tersebut
“Benar kejadiannya Jum’at (7/2) tadi siang sekitar pukul 15.30 WIB,” ujar Rhandy
Rhandy juga menjelaskan Almarhum merupakan sosok orang tua, guru, sahabat bagi saya dan seluruh masyarakat Kuala Puntian juga merupakan sesepuh Desa Kuala Puntian yang mendapat amanah untuk membaca Do’a setelah akad nikah Yanti dan Ardi.
“Setelah Ijab qobul almarhum langsung membaca do’a dan sempat menyuruh pengantin perempuan (Yanti) untuk keluar dari ruangan untuk mendampingi suami (Ardi),” Terangnya
Selanjutnya Rhandy menjelaskan bahwa setelah almarhum membaca do’a dan memanggil mempelai wanita, tiba-tiba almarhum tiba-tiba tidak sadarkan diri. Melihat almarhum tertunduk di meja, saya yang langsung melihat kondisi almarhum dan berusaha memberikan pertolongan pertama. Saya memeluk dan memangku Almarhum bersama ketua BPD.
Saya berusaha membuka mulutnya supaya bisa bernafas, sambil memanggil nama almarhum ” Wak Ubi sadar, ngucap Wak”. Almarhum sempat mengucapkan lafas ” Lailahailallah MuhammadarasulAllah” sambil menatap mata saya
“Setelah mengucapkan lafas tersebut almarhum tidak ada reaksi sehingga membuat saya Shok dan tersadar setelah istri saya berteriak supaya saya segera mengambil kendaraan untuk membawa Almarhum ke rumah sakit, sesampai di klinik Bidan Sima di jalur 17 KTM kata bidan Wak Ubi sudah meninggal.
“Setelah dinyatakan meninggal oleh Bidan, Almarhum Wak Ubi langsung dibawah pulang ke rumah duka pada Jum’at pagi (7/2) keesokan harinya Almarhum di makamkan di TPU Desa Kuala Puntian. setelah pemakaman saya selaku kepala Desa beserta perangkat desa dan masyarakat mengucapkan turut berdukacita atas kepergian almarhum, semoga amal ibadah almarhum di terima, diampuni segala dosanya, ditempatkan disisi Allah SWT, dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan serta Ikhlas melepas kepergian Almarhum” Ujar Rhandy
Sebagai Informasi seminggu sebelum almarhum meninggal sempat kontrol penyakit jantung bersama anaknya di salah satu rumah sakit di Palembang.