Oleh: Muthmainnah Kurdi, S. Ag.
Satu tahun lebih, sejak tanggal 07 November 2023 bombardir dan genosida kejam zionis Yahudi atas masyarakat sipil Gaza. Peperangan tidak seimbang nampak jelas. Dengan dalih menyasar ‘teroris’, agresor zionis Yahudi melakukan pengeboman membabi buta, tidak saja menyerang rakyat sipil, tapi juga menghancurkan fasilitas umum seperti sekolah, masjid, gereja, kontainer air bersih, bahkan juga mengebom tempat pengungsian dan rumah sakit. Situasi di Gaza makin membara dan mencekam. Menurut Komisioner UNRWA, Phillipe Lazzarini: Israel Melanggar Semua Aturan Perang di Gaza (tirto.id.23/12/2024).
Israel menggempur Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 yang telah menewaskan lebih dari 46.000 lebih orang, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak. Dilansir dari khazanah.republika.id. anak-anak Gaza dan bayi-bayi Gaza terancam meninggal karena kedinginan. Fakta yang memilukan tersebut ternyata, tetap membuat para pemimpin muslim dunia bungkam.
Nasib wanita dan anak-anak makin tragis. Apalagi, hampir semua rumah sakit kekurangan fasilitas kesehatan bahkan hancur karena serangan brutal zionis Israel.
Palestina Tempat Istimewa
Sebagian besar kita pasti mengetahui keistimewaan negara Palestina. Selain sebagai negerinya para Nabi dan para Rasul juga, adalah tempat berdirinya masjid Al Aqsha (Baitul Maqdis) yang menjadi arah kiblat pertama kaum muslim. Keistimewaan tersendiri pun dimiliki masjid Al Aqsha. Bahwa, barang siapa yang shalat di masjid tersebut, akan memperoleh keutamaan pahala 500 kali lipat shalat di masjid lain (selain masjidil Haram dan masjid Nabawi). Keistimewaan lainnya adalah, sebagai tempat singgah Rasulullah Saw. saat isra mi’raj. Juga, kelak menjadi tempat berkumpulnya seluruh umat manusia, dan tak diselisihi, bahwa Palestina merupakan tanah yang penuh dengan keberkahan.
Selain itu, Baitul Maqdis merupakan simbol tempat suci 3 (tiga) agama Samawi. Bagi Yahudi, mereka mempercayai bahwa Baitul Maqdis merupakan tanah yang dijanjikan (mengklaim sebagai Haikal Sulaiman). Sedang bagi Nasrani merupakan tempat perjamuan terakhir Yesus sebelum dihianati oleh Yudas Iskariot dan tempat penyalipan Yesus. Sedangkan bagi kita yang muslim, keberadaan Baitul Maqdis jelas, telah diabadikan Allah Swt. dalam permulaan surat Al Isra. Dengan berbagai keistimewaan yang telah melekat.
Ketangguhan Gaza
Setelah kemenangan Inggris dalam Perang Dunia I, bersama sekutunya Perancis, mereka lalu membagi-bagikan wilayah-wilayah muslim. Dan ketika itu, dengan legitimasi dari LBB (liga bangsa-bangsa), Palestina jatuh dalam kuasa Inggris. Akhirnya, dengan rekayasa politik licik mereka yang di motori pemerintahan Inggris melalui Menteri Luar Negerinya Arthur James Balfour, tertanggal 02 November 1917 M. Mendeklarasikan kesepakatan adanya, dukungan pendirian ‘rumah nasional’ bagi orang Yahudi di tanah Palestina. Dan hingga hari ini, sejak tahun 1948 berdirilah klaim paksa negara israel laknatullah, dengan tabiat-tabiat buruknya.
Bertahun sejak saat itu, tak terhitung perlakuan kejam tak berperikemanusiaan harus dirasakan oleh masyarakat Palestina, utamanya Gaza. Seperti sudah diduga, mereka akan ingkar pada kesepakatan yang telah tertulis dalam Deklarasi Balfaour,”…Sudah dipahami dengan jelas tidak akan dilakukan hal yang mungkin merugikan masyarakat dan agama atau non Yahudi di Palestina.”
Sudah lebih dari 70 tahun penjajah zalim Yahudi menyerobot tanah, menghancurkan rumah-rumah dan berbagai fasilitas lainnya, menyiksa, membunuh, dan berbagai kejahatan lainnya. Namun, penderitaan dan duka itu tidak sekalipun menyurutkan perjuangan mereka dalam mempertahankan tanah pusaka Palestina.
Malah, dalam berbagai momen duka itu yang tampak adalah ketabahan yang tangguh dan keihlasan yang luar biasa, atas ujian berat yang menimpa. Masyarakat Palestina menyadari betul, bahwa itu adalah ujian keimanan dari Allah Swt. jika wafat karena mempertahankan Baitul Maqdis, berarti mereka telah dijemput syahid dan bentangan pintu surga-Nya.
Ketangguhan rakyat Gaza dalam menjalani siksaan demi siksaan dari penjajah zionis Yahudi, seharusnya menjadi sekolah besar bagi seluruh masyarakat dunia, utamanya para pemimpin negeri-negeri muslim, untuk bersatu, melakukan perlawanan dengan mengirimkan tentara-tentara terbaiknya, untuk membela marwah agama, melindungi tanah Palestina dan menyelamatkan saudara muslimnya.
Khilafah, Perisai dan Pemersatu Umat
Kebenaran dan kokohnya iman rakyat Gaza telah membukti nyata. Bahkan Rasulullah Saw. telah mengabarkannya dalam sebuah hadis: Sungguh benar apa yang telah Rasulullah Saw. sabdakan tentang bumi Syam, yang Palestina, termasuk Gaza ada di dalamnya,
“Ketahuilah, sesungguhnya iman pada saat terjadi beragam fitnah berada di Syam.” (HR. Ahmad).
Lantas, bagaimana dengan kita ? Sudah seharusnya kita berdiri di shaf paling depan, membela, dan membantu perjuangan saudara kita. Walaupun terhalang oleh sekat negara bangsa (nasionalisme). Kita bisa melakukan banyak cara, mulai dari berdoa, mengirimkan donasi terbaik, membelanya dari serangan fitnah keji musuh dan anteknya, yang menyasar pejuang Hamas dan para mujahid. Dari kanal-kanal media sosial yang kita miliki, penuhi dengan seruan semangat jihad dan Khilafah sebagai solusi.
Islam bukan hanya agama ibadah, namun juga agama yang syumuliyah (lengkap) aturannya, menjadi solusi atas setiap problem, termasuk solusi perang yang dihembuskan oleh zionis Yahudi laknatullah. Khilafah (sistem pemerintahan Islam) adalah satu-satunya solusi yang bisa menuntaskan perang di Gaza, menghapuskan duka nestapa anak-anak, wanita dan seluruh Gaza.
Dalam sistem ini (Khilafah ) seorang pemimpin (Khalifah) bukan hanya memimpin negara, ia juga perisai (pelindung) bagi rakyatnya. Di bawah perlindungan Khalifah, rakyat akan hidup dalam suasana keimanan yang tinggi, penuh kedamaian dan kesejahteraan.
Model kepemimpinan Khilafah ibarat shalat berjamaah. Shalat merupakan tiang agama seorang muslim. Adapun shalat berjamaah, ia menjadi pilar negara. Dalam rangkaian shalat berjamaah terdapat gambaran model kepemimpinan Islam. Dan akan selalu relevan sepanjang masa kehidupan. Sebagaimana shalat berjamaah, yang jika seorang imam salah, makmum boleh menegurnya bahkan boleh menggantinya jika imam batal. Tidak ada sedikitpun kediktatoran di dalam kepemimpian Islam. Pun juga tidak ada unsur demokratis, yakni, yang bisa dikompromikan rukun dan syarat sahnya (menjadi pemimpin).
Tidak akan terjadi pemaksaan dalam memilih pemimpin, karena yang memilihnya adalah rakyat, dan dalam menjalankan kepemimpinannya dituntun oleh syariat. Karenanya, pemimpin (Khalifah) adalah pelaksana hukum syarak, dalam mekanisme mengatur berbagai urusan rakyatnya. Juga, tidak akan terjadi pemaksaan untuk memeluk agama Islam atas pemeluk agama non Islam. Semua pemeluk agama akan hidup berdampingan penuh kedamaian, sebab Islam merupakan agama dengan simbol toleransi (QS. Al Kafirun: 6)
Maka, wajib bagi kita berjuang mengembalikan isntitusi negara Islam itu (Khilafah). Menyambut bisyarah (kabar) Rasulullah Saw.“Kemudian akan tiba masa Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian…”(HR. Ahmad).
Dengannya, muncul perisai umat dan terwujud persatuan muslim seluruh dunia. Maka. musnahlah kezaliman Yahudi, dan seluruh bentuk kazaliman dan kerusakan lainnya. Agar keberkahan Allah turunkan dari penjuru langit dan buminya. Sebagimana termaktub dalam kebenaran firman Allah Swt.
“Dan sekiranya penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi..” (QS. Al A’raf: 96).
Wallahu a’lam.