Solusi Hakiki Palestina: Tak Sekadar Gencatan Senjata

Oleh: Ismawati (Aktivis Dakwah)

Sejak 15 Januari 2025, gencatan senjata di Gaza resmi dimulai, meski sempat terjadi penundaan oleh Zionis Israel. Gencatan senjata ditandai dengan dipulangkannya tiga sandera Zionis Israel dan warga Palestina kembali ke lingkungan mereka. Gencatan senjata ini menyerukan penghentian pertempuran, pengiriman bantuan ke Gaza, dan pembebasan 33 dari hampir 100 sandera Israel dan asing yang tersisa dalam fase pertama selama enam minggu dengan imbalan hampir 2.000 tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel. Banyak dari sandera tersebut diyakini telah meninggal.

Meskipun mengumumkan gencatan senjata, militer Israel terus menyerang Gaza. Sebanyak 82 orang tewas dalam serangan ini. Satu serangan terhadap sebuah rumah di dekat Gedung Serikat Insinyur di Kota Gaza, di utara Jalur Gaza, pada Rabu (15/1/2025) malam menewaskan sedikitnya 18 orang (detiknews, 15/1).

Baik Israel maupun Hamas secara terbuka mengakui gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tawanan telah dicapai. Namun, segera setelah pengumuman tersebut, pesawat tempur Israel memadamkan kegembiraan warga, menyerang rumah sakit, tempat penampungan, dan rumah dengan serangan udara langsung. Hal ini merupakan bentuk penghianatan yang nyata dari Zionis Israel.

Sungguh, apa yang dilakukan Zionis pasca beberapa jam gencatan senjata menujukkan bahwa gencatan senjata sesungguhnya tak merubah apapun. Gencatan senjata pernah dilakukan pada 2023 lalu. Hanya saja, Perdana Menteri Zionis menuturkan dengan sombongnya, “pada akhir gencatan senjata, kami akan kembali dengan kekuatan penuh untuk mencapai tujuan kami: melenyapkan Hamas, memastikan bahwa Gaza tidak kembali seperti semula, dan tentu saja pembebasan semua sandera kami.”

Memang demikianlah adanya, sejak awal target Zionis adalah merebut wilayah Gaza. Upaya yang mereka lakukan adalah melakukan genosida, teror, membuat orang-orang di Gaza terancam kelaparan, kehilangan anggota keluarga, dll. Zionis tak peduli kecaman dunia atas perlakuan mereka.

Bahkan, meski ada gencatan senjata pun, mereka melakukan pelanggaran. Demikianlah, salah satu karakteristik penjajah adalah mudah berkhianat. Ingkar terhadap keputusan, dan melakukan apa saja demi memenuhi hasrat atau keinginannya. Sejak dahulu, Zionis tidak pernah benar-benar melakukan kesepakatan damai, tetapi lebih kepada penghancuran yang tiada batas.

Sepanjang sejarahnya, kaum Zionis Yahudi ini adalah orang yang ingkar. Allah Swt. berfirman,

أَوَ كُلَّمَا عَٰهَدُواْ عَهۡدًا نَّبَذَهُۥ فَرِيقٌ مِّنۡهُمۚ بَلۡ أَكۡثَرُهُمۡ لَا يُؤۡمِنُونَ

“Patutkah (mereka mengingkar ayat-ayat Allah) dan setiap kali mereka mengikat janji, segolongan mereka melemparkan janji tersebut? Bahkan sebagian besar dari mereka tidak beriman.” (TQS Al-Baqarah [2]: 100).

Al-Hasan Al-Basri mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini mengungkap “Memang benar, tiada suatu perjanjian pun di muka bumi ini yang me­reka lakukan melainkan mereka pasti melanggar dan merusaknya. Mereka mengadakan perjanjian di hari ini, dan besoknya mereka pasti merusaknya.”

Salah satu contoh pengkhianatan Yahudi di masa Rasulullah saw. adalah Bani Quraizhah, yang berkhianat dalam Perang Khandaq. Ketika pasukan Muslim terjebak dalam pengepungan oleh pasukan Quraisy, Bani Quraizhah yang sebelumnya berjanji untuk tetap setia malah bersekutu dengan musuh. Pengkhianatan ini berakhir dengan hukuman yang tegas setelah pasukan Muslim berhasil mengalahkan mereka.

Pada masa kini, Yahudi Zionis pun berkali-kali melakukan penghianatan. Ketika dipenuhi kesepakatan gencatan senjata, justru berulang kali dilanggar oleh mereka. Ini menunjukkan sifat asli mereka yang kerap melanggar perjanjian.

Oleh karenanya, berdamai dengan Zionis tidak ada artinya. Kejahatan mereka sudah terbuka nyata. Kebencian dan permusuhan mereka telah nampak pada kaum muslim di Palestina.

Sesungguhnya, tidak ada jalan lain untuk membebaskan kezaliman ini dengan menegakkan sistem yang adil. Sistem yang mampu menyelesaikan persoalan Palestina dari akarnya. Sistem ini akan menciptakan pemimpin yang menyerukan pembebasan Palestina dengan dakwah dan jihad.

Jihad dengan mengirimkan tentara-tentara kaum muslim ke Palestina. Membebaskan mereka dari seluruh kezaliman, menggertakkan gigi di hadapan para musuh Allah ini.

Tentu hal ini dibutuhkan upaya persatuan dan kesatuan umat dengan Islam. Kaum muslim harus segera menyadari, akibat tersekat-sekat dengan garis nasionalisme, umat tercerai berai. Padahal, Rasulullah saw. menyebut umat Islam bagaikan satu tubuh melalui Sabdanya,

Dari An-Nu’man bin Bisyir dia berkata, bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: ‘Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi di antara mereka adalah ibarat satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR Muslim No 4685)

Sungguh, gencatan senjata yang berulang kali dilakukan, semakin menunjukkan watak asli Zionis Yahudi yang kerap ingkar. Oleh karenanya, tidak ada jalan lain membebaskan Palestina kecuali dengan dakwah dan jihad. Menyerukan kepada para pemimpin muslim untuk menolong mereka, mengerahkan tentara dan meninggalkan sistem kufur yang menjerat umat hari ini.

Wallahua’lam bisshawab.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *